26.12.06

Memupuk Kemauan Dan Kemampuan Menjadi Marketer

Menata, mengelola, memasarkan dan menjual produk lewat Direct selling yang bergerak ( mobile) antara lain membuka stand di suatu event pameran, di lokasi keramaian – Mall, atau di event perayaan dan lokasi yang layak lainnya- misalnya dihitung karena memiliki banyak pengunjung serta atau membuka stand penjualan dengan membuat keramaian sendiri ( membawa grup musik) - kini makin memerlukan keahlian dan kemampuan para sales dan Marketer suatu produk karena banyaknya persaingan dengan kreativitas para marketer produk lainnya. Persaingan ketat dengan aneka kreativitas para sales telah menjadi pemandangan umum. Bayangkan, ada jualan motor secara kredit didepan suatu mesjid saat usai Shalat Jumat, menjual kopi dan minuman di suatu lapangan Olah Raga pagi , membuka stand saat berlangsung suatu pengajian akbar, membuka tenda semi permanent di lokasi dalam jangka waktu tertentu di lokasi strategis serta aneka kreativitas para sales dan marketer lainnya- yang memang perlu kita acungi jempol atas kemauan dan kemampuan para sales dan marketer handal itu dalam melihat peluang penjualan.

Bermodalkan produk sejumlah tertentu, seorang Marketer handal mampu menyiapkan pembukaan stand, mengerahkan kemampuan dalam memanfaatkan situasi, mengerahkan daya dalam menganalisa potensi pembeli serta mendayagunakan dukungan penataan promo tools yang menarik, telah menjadikan para marketer menjadi profesi yang hebat dalam mendongkrak penjualan produk sehingga diperebutkan banyak perusahaan prinsipal. Dalam kaitan memupuk kemauan dan menajamkan keahlian tersebut, Manager Brand & Business Development (BBD) CVSK melakukan seorang diri Direct Selling (DSM) di Nagoya Hill Batam, 21-28 Desember 2006, ini berarti kali ke-2 kalinya setelah “ sukses” di Liang Court Singapore pada Desember 2005. Ukuran sukses Direct Selling Marketing Mobile (DSM) baginya diukur oleh :

1. Penjualan semasa event melebihi 50 % jumlah produk diperdagangkan – dari nilai semua produk yang disiapkan sebelumnya serta menghabiskan sisa event dengan menempatkannya di outlet serta agen; Atau, dengan kata lain tidak ada barang kembali (retur) atas produk yang dipertanggungjawabkannya,

2. memiliki penjualan berlanjut dari outlet atau agen tersebut pada nilai yang menjanjikan pendapatan. Saat ini, dengan membawa sejumlah produk sang Manager mendapat jaminan penerimaan margin dari penjualan atas setiap produk yang ditempatkannya, atau jika dihitung secara jangka waktu tertentu ( 6 bulan) akan didapat perolehan margin sekurangnya 10 % - antara harga produk dari perusahaan principal dibanding harga jual dikurangi biaya event DSM; Sebagaimana diketahui, jika margin atas penjualan produk 10 % maka guna membayar amortisasi harus dicapai sekurangnya 10 kali biaya DSM guna mencapai kondisi Break Even Point (BEP) sehingga perusahaan tidak dirugikan oleh penyelenggaraan promosi tanpa penjualan. Dengan itu, jika selama masa tertentu - misal 6 bulan- penjualan mencapai 10 kali biaya DSM, dipastikan amortisasi biaya dapat dikembalikan dan jika lebih dari itu berarti terdapat keuntungan,
3. mampu bekerja keras sehingga bisa menyelenggarakan event secara mandiri - tanpa kesertaan personal lain dari perusahaan sehingga dapat menghemat biaya DSM secara signifikan,
4. mendapat manfaat jangka panjang dari adanya perhatian pasar dalam bentuk pemberitaan media, banyaknya pengunjung stand serta didapatkannya relasi bagi pengembangan penjualan di masa akan dating,
5. melakukan dokumentasi, promosi serta selling dan menulis laporan secara sekaligus

Kiat sukses menjadi sales atau Marketer DSM bukan tanpa usaha dan kecermatan. Beberapa langkah patut menjadi rujukan kita antara lain :

1. mencari event relevan serta menyiapkan rencana event secara detail dalam bentuk analisa kelayakan event serta siapkan checklist meliputi keperluan alat, penunjang, info lokasi, file penunjang, karakter pengunjung, data relasi di lokasi tujuan,
2. menetapkan pilihan logistic company bagi pengiriman dan mobilisasi produk serta promo tools secara cermat dengan menghitung rasio biaya/ harga produk, hitungan waktu agar tiba tepat waktu dan perhitungan kemanan atas pengiriman dan pemindahan produk ke lokasi DSM tanpa merusak produk yang hendak ditampilkan,

3. hubungi relasi relevan - sebelum event dilangsungkan - untuk kemungkinan memberi bantuan seperti menjadi SPG, menjadi agen atau bentuk bantuan lainnya saat diperlukan di lokasi kelak,

4. kuasai product knowledge dan kelola administrasi penjualan, data produk, dan data alat penunjang secara cermat,

5. layani pengunjung dengan hati tulus, tekun, dan tunjukan bahwa anda memang memberi perhatian- tanpa rasa gengsi, sungkan dan apalagi kalau jaim (jaga image….bo) serta jaga bahasa tubuh jangan terkesan terpaksa dan itu hanya bisa dilakukan dengan bekerja atas kejujuran - didalam hati kita tanamkan bahwa kita memang melayani mereka.

6. Pastikan bahwa anda sangat meyakini terlebih dahulu kalau produk yang ditawarkan akan memberi solusi atas masalah dan keinginan para pengunjung; Kuarngnya pemahaman atas produk akan ditangkap lawan bicara dan beresiko ketidak percayaan atas produk yang kita tawarkan.

Berbekal pengalaman dan ketekunan itulah, di penghujung tahun 2006 ini Sang Manager BBD menutup tahun 2006 dengan menggelar stand di EXPO SUNDANESSE BATAM dengan mendapatkan penjualan langsung, mendapatkan agen, menarik perhatian para target konsumen - dengan dibuktikan oleh banyaknya pengunjung ke stand serta menyelesaikan administrasi dan dokumentasi secara baik- antara lain dibuktikan dengan foto, bukti invoice penjualan dan mampu membuat blog sebagai suatu laporan.

Dengan berangkat menuju Batam hari jumat sore, tanggal 22 Desember, menumpang Merpati dari Bandung menuju Batam, semalaman bekerja dengan teknik tertentu agar efisien maka sabtu pagi pkl 9.00 stand sudah siap dikunjungi lengkap dengan 2 orang SPG berseragam serta langsung membukukan penjualan di hari pertama Expo. Pada hari ke-2, minggu, perhatian dimaksimalkan pada layanan penjualan serta pembinaan relasi dan Pers ( baca berita, klik "Ayo Tuntaskan Olah Sampah dengan Komposter" dan "Ikuti Tren Internasional" ) . Dan hari ke-3 liburan ( bertepatan dengan hari Natal) pun, stand dapat ditinggalkan serta semua barang sudah dapat di take overkan kepada agen serta hari ke 3 malam, menulis laporan, menyusun dokumentasi serta membuat dokumentasi event dalam bentuk blog ini maupun bentuk lainnya . Berdasar kebutuhan perusahaan principal VSK, nampaknya pola penjualan DSM ini sekurangnya akan dilakukan sang Manager setiap liburan di berbagai Kota terpilih.

Kalkulasi kelola 2 hari event didapatkan penjualan langsung ( harga price list- tanpa discount) Rp 501.400,- ditambah pesanan 2 unit komposter yang terpajang ( Rp. 790.000) dan saldo barang senilai Rp. 2.146.680,-. Dengan biaya perjalanan, kirim barang dan akomodasi sekitar Rp 3 juta, saat itu memang rugi. Jika perusahaan menetapkan angka 10 % adalah margin maka baru bisa menyetor Rp 129. 140 saja ( 10 % dari nilai penjualan saat itu) dari biaya Rp 3 juta. Namun, tanggungjawab dengan mendapatkan agen serta outlet memberi optimisme kalau angka penjualan Rp 30.000.000,- maksimal 6 bulan - guna mengembalikan amortisasi - harus tercapai dengan penjualan agen dan outlet tersebut dalam kurun 6 bulan kedepan.

Seandainya, Manager BBD mampu buktikan penjualan maksimal 6 bulan kedepan diatas Rp 30 juta, misalnya 50 juta, berarti terdapat keuntungan netto atas selisih 20 juta tersebut. Margin dari selisih inilah yang akan menjadi objek bagi pemberian insentif perusahaan kepada seorang Marketer. Hal agak beda dengan kasus Expo di Malaysia, karena disaat sama terjual senilai lebih dari RM 16.000 atau setara Rp 41 juta, dengan biaya Rp 15 juta; Guna mengembalikan BEP atas biaya DSM harus diperoleh minimal penjualan Rp 150 juta atau kekurangan nilai penjualan Rp 109 juta. Konon nilai ini akan bisa diperoleh hanya dalam beberapa bula kedepan jika mengingat besarnya perhatian agen dan kerajaan tempatan atas produk kencana ini.

Dari ilustrasi diatas, seorang Marketer handal harus bisa berkalkulasi atas setiap biaya dikeluarkan ( event, gaji, pendapatan, honor, dll) dengan sumbangan penjualannya - sebagaimana ukuran perusahaan 10 kali lipat biaya. Selama dia mampu menjaga penjualan tersebut dan bahkan melebihinya, percayalah dia akan menjadi marketer handal rebutan perusahaan manapun. jadi memang, memelihara silaturahmi dengan para agen- terutama jika diperolehnya agen tersebut dikaitkan dengan adanya biaya suatu EXPO atau Customer visiting, tiada lain dalam rangka memperoleh pengembalian amortisasi tersebut. Jika tidak tercapai, itu namanya perusahaan rugi dan merketer pun podo wae mas ora untung.............................

Wah enak juga jadi marketer - jika tiap liburan, disamping menikmati aneka hal menarik di suatu kota, juga bisa hasilkan uang dong………………! Jika saja ada seratus kota terplilih, berapa banyak tabungan masa depan dari perolehan margin secara jangka panjang ( 6 bulan) dari penjualan melebihi angka 10 kali lipat dibanding biaya di berbagai kota tersebut ? Memang mas, pada akhirnya hukum rizqi itu adalah kemauan mengambilnya aja dari setiap celah yang telah disediakan Tuhan……………..Lho kok ngak ada banyak orang kantor CVSK ikut mungut nya ………………….sih ? Eman-eman ( sayang amat dan amat sayang............) dengan waktu yang ngak akan kembali lho !!! ++++++)

Tidak ada komentar: